SEKOLAH PADA ZAMAN BELANDA
A. SEKOLAH UNTUK ANAK INDONESIA SEBELUM REORGANISASI 1892
Peraturan pemerintah 1818 mengharuskan diadakannya peraturan yang perlu bagi pribumi tidak menghasilkan sekolah bagi anak Indonesia. Ini disebabkan kekaburan politik pendidikan di tanah jajahan dan kesulitan finansial yang beratyang di hadapi belanda, sehingga menjauhkan diri dari pendidikan pribumi.
Peraturan pemerintah 1818 mengharuskan diadakannya peraturan yang perlu bagi pribumi tidak menghasilkan sekolah bagi anak Indonesia. Ini disebabkan kekaburan politik pendidikan di tanah jajahan dan kesulitan finansial yang beratyang di hadapi belanda, sehingga menjauhkan diri dari pendidikan pribumi.
Peraturan
pertama mengenai pendidikan dikeluarkan pada tahun 1871, yang memberikan uraian
panjang lebar tentang kurikulum pendidikan guru, perkembangan pesat sesudah
1863 sewaktu ekonomi, membumbung tinggi di bawah menteri liberal Van De Putte,
dan segera terhenti setelah depresi ekonomi 1885. Peraturan 1871 segera di
ganti dengan keputusan 1885 yang mengurangi biaya pendidikan dan
menyederhanakan kurikulum, yang akhirnya mengahasilkan reorganisasi 1892.
B. SEKOLAH KELAS SATU
Didirikannya
sekolah kelas satu pada awalnya diperuntukkan untuk anak aristrokrasi dan orang
berada, sedangkan sekolah kelas dua untuk rakyat pada umumnya. Sekolah Kelas
Satu, sekolah yang terbaik yang tersedia bagi anak-anak Indonesia, hanya
terdapat dikota-kota penting di Jawa. Pulau-pulau di luar jawa pada hal ini
dianaktirikan. Sekolah Kelas Satu di luar Jawa pertama Kli didirikan pada
tahun1909, sewaktu Jawa telah memiliki 60 sekolah serupa itu. Hal ini
menimbulkan rasa tidak puas di kalangan penduduk luar Jawa, yang tidak diberi
kesempatan untuk memperoleh pendidikan Barat yang sangat di dambakkan itu.
C. SEKOLAH KELAS DUA
Dibandingkan dengan Sekolah Kelas
Satu, yang lamanya 5 tahun dan mempunyai kurikulum lebih luas, Sekolah Kelas
Dua hanya mempunyai kurikulum yang sederhana, yakni meliputi pelajaran membaca,
menulis, dan berhitung. Sekolah Kelas Dua yang dimaksud sebagai Sekolah Rakyat
yang memberi pendidikan sederhana bagi seluruh rakyat. Akibat dari krisis
finansial yang sedang melanda belanda, maka keuangan pemerintah tidak
mengizinkan pengeluaran yang demikian banyak, sehinnga perluasan Sekolah Kelas
Dua menjadi sangat terhambat,bahkan di hentikan. Keberatan lainnya ialah
perluasan Sekolah Kelas Dua yang cepat dapat menimbulakan bahaya terbentuknya
sejumlah besar manusia yang menjauhkan diri dari kehidupan desa dan pekerjaan
kasar dan menginginkan pekerjaan pada kantor pemerintah.
D. SEKOLAH DESA (VOLKS SCHOOL)
Pada tahun 1907 diciptakanlah
sekolahbaru, yakni Sekolah Desa. Di samping pelajaran membaca, menulis, dan
berhitung juga di ajarkan pekerjaan tangan membuat keranjang, pot, genteng dan
sebagainya. Yang digunakan sebagai tempat beljar sementara ialah pendopo,
sambil mendirikan sekolah dengan bantuan murid-murid. Guru-guru diambil dari
kalngan penduduk sendiri. Sekolah itu sendiri primitif dimana murid-murid duduk
dilantai seperti di rumah sendiri, kaleng kosong yang diperoleh dari toko-toko
cina digunakan sebagai alas untuk menulis. Sebidang tanah dipagari sebagai
tempat untuk menggembala kerbau-kerbau saat mereka sedang belajar yang diawasi
oleh seorang yang dewasa. Sekolah dibuka jam 09.00-12.00 dan 13.00-15.00.
E. EUROPESE LAGERE SCHOOL (ELS)
E. EUROPESE LAGERE SCHOOL (ELS)
Setelah Hindia Belanda diterima
kembali dari tangan inggris pada tahun 1816 oleh para komisaros jenderal, maka
pendidikan ditanggapi secara serius dan sungguh-sungguh. Akan tetapi mereka
lebih tertuju kepada anak-anak keturunan Belanda saja. Sekolah Belanda atau
(ELS) dimaksudkan agar sama dengan yang ada di nederland, walaupun terdapat
perbedaan dengan muridnya.sebelum tahun 1870 hanya sedikit sekali dari
murid-murid yang sanggup berbahasa belanda.
F. HOLLANDS CHINESE SCHOOL (HCS)
Di Indonesia berdiri perkumpulan
cina, Tung Hoa Hwee Kuan (THHK) pada tahun 1900 yang mula-mula mendirikan
gedung pertemuan untuk menyebarkan kebiasaan dan moral cina menurut ajaran Kong
Fu Tse. Perhatian mereka tertuju pada pendidikan dengan mendirikan sekolah.
Pada mulanya Bahasa Belanda termasuk dalam kurikulum, akan tetapi ternyata orang belanda kurang suka menggunakan bahasa kepada bukan, orang belanda. Karena sukar memasuki ELS maka mereka menggaji guru belanda dengan gaji tinggi agar dapat mengajarkan bahasa belanda,namun perintaan mereka ditolak. Karena permintaan mereka di tolak mereka menggunakan orang inggris untuk mengajar bahasa inggris. Karena mereka sadar di luar sana banyak yang menguasai bahasa inggris dan selain itu orang-orang inggris dengan senang hati enyebarkan bahasa inggris.
Pada mulanya Bahasa Belanda termasuk dalam kurikulum, akan tetapi ternyata orang belanda kurang suka menggunakan bahasa kepada bukan, orang belanda. Karena sukar memasuki ELS maka mereka menggaji guru belanda dengan gaji tinggi agar dapat mengajarkan bahasa belanda,namun perintaan mereka ditolak. Karena permintaan mereka di tolak mereka menggunakan orang inggris untuk mengajar bahasa inggris. Karena mereka sadar di luar sana banyak yang menguasai bahasa inggris dan selain itu orang-orang inggris dengan senang hati enyebarkan bahasa inggris.
Keadaan itu menyadarkan pemerintah
belanda untuk segera meninggalkan politik non-intervensi dalam pendidikan anak
Cina. Lalu mereka mendirikan Hollands Chinese School (HCS) pada tahun 1908.
Tujuannya ialah agar dengan bahasa elanda dapat mempelajari bahasa dan
kebudayaan cina. Kurikulum HCS SAMA dengan ELSagar dapat memberikan pendidikan
yang murni kepada anak-anak cina.
G. HOLLANDS INLANDSE SCHOOL (HIS)
Didirikannya HIS karena keinginan
dari rakyat Indonesia sendiri untuk mendapatkan pendidikan ala barat. Hal itu
merupakan akibat dari perubahan kondisi social ekonomi di kawasan timur jauh
yang telah diperkenalkan pada masa politik etis yang diberlakukan kepada
Indonesia. Selain itu juga didorong oleh organisasi-organisasi yang telah berdiri
di Indonesia pada waktu itu, sperti Budi Utomo dan Sarekat islam.
HIS pada awalnya adalah sekolah
kelas Satu, dan resmi diganti menjadi HiS pada tahun 1914. Tanggapan dari pihak
Belanda dengan berdirinya sekolah ini kurang begitu baik. Karena kekhawatiran
Belanda akan munculnya orang pandai yang menyaingi orang Belanda.
Kurikulum yang dipakai adalah sesuai denagn yang tercantum dalam Statua 1914 No. 764, yaitu meliputi semua pelajaran ELS. Selain itu peserta didik juga diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara latin dan Melayu dalam tulisan Arab dan latin. Namun yang lebih ditekankan adalah pelajaran bahasa Belanda bahkan sejarah negeri Belanda pun dipelajari.
Kurikulum yang dipakai adalah sesuai denagn yang tercantum dalam Statua 1914 No. 764, yaitu meliputi semua pelajaran ELS. Selain itu peserta didik juga diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara latin dan Melayu dalam tulisan Arab dan latin. Namun yang lebih ditekankan adalah pelajaran bahasa Belanda bahkan sejarah negeri Belanda pun dipelajari.
H. MEER UITGEBREID LAGER ONDERWIJS (MULO)
Adalah bagian dari sistim pendidikan
zaman kolonial Belanda di Indonesia. Sekolah lanjutan tingkat pertama singkatan
dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dengan tingkatan yang sama dengan smp /
sltp pada masa kini. MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Pada akhir tahun 30-an, MULO sudah ada hampir di setiap kota kawedanaan (
Kabupaten ).
I.
ALGEMENE MIDDELBARE SCHOOL (AMS)
AMS
yang merupakan bagian dari sistem pendidikan zaman kolonial Belanda di
Indonesia. AMS setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) pada saat ini yakni
pada jenjang sekolah lanjutan tingkat atas. AMS menggunakan pengantar bahasa
Belanda dan pada tahun 1930-an, sekolah-sekolah AMS hanya ada di beberapa ibu
kota provinsi Hindia Belanda yaitu Medan (Sumatera), Bandung (Jawa Barat),
Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Indonesia Timur).
Selain itu AMS ada di Yogyakarta (Kasultanan Yogyakarta), Surakarta (Kasunanan
Surakarta) dan beberapa kota Karesidenan seperti di Malang. Selain itu ada
beberapa AMS Swasta yang dipersamakan dengan Negeri Di provinsi Borneo
(Kalimantan) belum ada AMS.
J. HOGERE BURGER SCHOOL
HBS (Hogere Burger School) yang
merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama untuk warga negara pribumi dengan
lama belajar 5 tahun, dan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya.
Pendidikan HBS selama 5 tahun setelah HIS atau ELS adalah lebih pendek dari
pada melalui jalur MULO (3 tahun) + AMS (3 tahun). Di sini dibutuhkan murid
yang pandai, terutama bahasa Belanda. Bung Karno merupakan salah satu murid HBS
di Surabaya sebelum beliau masuk THS ( sekarang ITB ) di Bandung. Pada waktu
itu HBS hanya ada di kota Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta dan Medan,
sedangkan AMS ada di kota Jakarta, Bandung, Medan, Yoyakarta dan Surabaya.
No comments:
Post a Comment