JAM

Thursday 26 March 2015

Sekolah pada Jaman Belanda





SEKOLAH PADA ZAMAN BELANDA
A. SEKOLAH UNTUK ANAK INDONESIA SEBELUM REORGANISASI 1892
Peraturan pemerintah 1818 mengharuskan diadakannya peraturan yang perlu bagi pribumi tidak menghasilkan sekolah bagi anak Indonesia. Ini disebabkan kekaburan politik pendidikan di tanah jajahan dan kesulitan finansial yang beratyang di hadapi belanda, sehingga menjauhkan diri dari pendidikan pribumi.
Peraturan pertama mengenai pendidikan dikeluarkan pada tahun 1871, yang memberikan uraian panjang lebar tentang kurikulum pendidikan guru, perkembangan pesat sesudah 1863 sewaktu ekonomi, membumbung tinggi di bawah menteri liberal Van De Putte, dan segera terhenti setelah depresi ekonomi 1885. Peraturan 1871 segera di ganti dengan keputusan 1885 yang mengurangi biaya pendidikan dan menyederhanakan kurikulum, yang akhirnya mengahasilkan reorganisasi 1892.
B. SEKOLAH KELAS SATU
Didirikannya sekolah kelas satu pada awalnya diperuntukkan untuk anak aristrokrasi dan orang berada, sedangkan sekolah kelas dua untuk rakyat pada umumnya. Sekolah Kelas Satu, sekolah yang terbaik yang tersedia bagi anak-anak Indonesia, hanya terdapat dikota-kota penting di Jawa. Pulau-pulau di luar jawa pada hal ini dianaktirikan. Sekolah Kelas Satu di luar Jawa pertama Kli didirikan pada tahun1909, sewaktu Jawa telah memiliki 60 sekolah serupa itu. Hal ini menimbulkan rasa tidak puas di kalangan penduduk luar Jawa, yang tidak diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan Barat yang sangat di dambakkan itu.
C. SEKOLAH KELAS DUA
Dibandingkan dengan Sekolah Kelas Satu, yang lamanya 5 tahun dan mempunyai kurikulum lebih luas, Sekolah Kelas Dua hanya mempunyai kurikulum yang sederhana, yakni meliputi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah Kelas Dua yang dimaksud sebagai Sekolah Rakyat yang memberi pendidikan sederhana bagi seluruh rakyat. Akibat dari krisis finansial yang sedang melanda belanda, maka keuangan pemerintah tidak mengizinkan pengeluaran yang demikian banyak, sehinnga perluasan Sekolah Kelas Dua menjadi sangat terhambat,bahkan di hentikan. Keberatan lainnya ialah perluasan Sekolah Kelas Dua yang cepat dapat menimbulakan bahaya terbentuknya sejumlah besar manusia yang menjauhkan diri dari kehidupan desa dan pekerjaan kasar dan menginginkan pekerjaan pada kantor pemerintah.
D. SEKOLAH DESA (VOLKS SCHOOL)
Pada tahun 1907 diciptakanlah sekolahbaru, yakni Sekolah Desa. Di samping pelajaran membaca, menulis, dan berhitung juga di ajarkan pekerjaan tangan membuat keranjang, pot, genteng dan sebagainya. Yang digunakan sebagai tempat beljar sementara ialah pendopo, sambil mendirikan sekolah dengan bantuan murid-murid. Guru-guru diambil dari kalngan penduduk sendiri. Sekolah itu sendiri primitif dimana murid-murid duduk dilantai seperti di rumah sendiri, kaleng kosong yang diperoleh dari toko-toko cina digunakan sebagai alas untuk menulis. Sebidang tanah dipagari sebagai tempat untuk menggembala kerbau-kerbau saat mereka sedang belajar yang diawasi oleh seorang yang dewasa. Sekolah dibuka jam 09.00-12.00 dan 13.00-15.00.

E. EUROPESE LAGERE SCHOOL (ELS)
Setelah Hindia Belanda diterima kembali dari tangan inggris pada tahun 1816 oleh para komisaros jenderal, maka pendidikan ditanggapi secara serius dan sungguh-sungguh. Akan tetapi mereka lebih tertuju kepada anak-anak keturunan Belanda saja. Sekolah Belanda atau (ELS) dimaksudkan agar sama dengan yang ada di nederland, walaupun terdapat perbedaan dengan muridnya.sebelum tahun 1870 hanya sedikit sekali dari murid-murid yang sanggup berbahasa belanda.
F. HOLLANDS CHINESE SCHOOL (HCS)
Di Indonesia berdiri perkumpulan cina, Tung Hoa Hwee Kuan (THHK) pada tahun 1900 yang mula-mula mendirikan gedung pertemuan untuk menyebarkan kebiasaan dan moral cina menurut ajaran Kong Fu Tse. Perhatian mereka tertuju pada pendidikan dengan mendirikan sekolah.
 Pada mulanya Bahasa Belanda termasuk dalam kurikulum, akan tetapi ternyata orang belanda kurang suka menggunakan bahasa kepada bukan, orang belanda. Karena sukar memasuki ELS maka mereka menggaji guru belanda dengan gaji tinggi agar dapat mengajarkan bahasa belanda,namun perintaan mereka ditolak. Karena permintaan mereka di tolak mereka menggunakan orang inggris untuk mengajar bahasa inggris. Karena mereka sadar di luar sana banyak yang menguasai bahasa inggris dan selain itu orang-orang inggris dengan senang hati enyebarkan bahasa inggris.
Keadaan itu menyadarkan pemerintah belanda untuk segera meninggalkan politik non-intervensi dalam pendidikan anak Cina. Lalu mereka mendirikan Hollands Chinese School (HCS) pada tahun 1908. Tujuannya ialah agar dengan bahasa elanda dapat mempelajari bahasa dan kebudayaan cina. Kurikulum HCS SAMA dengan ELSagar dapat memberikan pendidikan yang murni kepada anak-anak cina.
G. HOLLANDS INLANDSE SCHOOL (HIS)
Didirikannya HIS karena keinginan dari rakyat Indonesia sendiri untuk mendapatkan pendidikan ala barat. Hal itu merupakan akibat dari perubahan kondisi social ekonomi di kawasan timur jauh yang telah diperkenalkan pada masa politik etis yang diberlakukan kepada Indonesia. Selain itu juga didorong oleh organisasi-organisasi yang telah berdiri di Indonesia pada waktu itu, sperti Budi Utomo dan Sarekat islam.
HIS pada awalnya adalah sekolah kelas Satu, dan resmi diganti menjadi HiS pada tahun 1914. Tanggapan dari pihak Belanda dengan berdirinya sekolah ini kurang begitu baik. Karena kekhawatiran Belanda akan munculnya orang pandai yang menyaingi orang Belanda.
Kurikulum yang dipakai adalah sesuai denagn yang tercantum dalam Statua 1914 No. 764, yaitu meliputi semua pelajaran ELS. Selain itu peserta didik juga diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara latin dan Melayu dalam tulisan Arab dan latin. Namun yang lebih ditekankan adalah pelajaran bahasa Belanda bahkan sejarah negeri Belanda pun dipelajari.

H. MEER UITGEBREID LAGER ONDERWIJS (MULO)
Adalah bagian dari sistim pendidikan zaman kolonial Belanda di Indonesia. Sekolah lanjutan tingkat pertama singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dengan tingkatan yang sama dengan smp / sltp pada masa kini. MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pada akhir tahun 30-an, MULO sudah ada hampir di setiap kota kawedanaan ( Kabupaten ).
I. ALGEMENE MIDDELBARE SCHOOL (AMS)

AMS yang merupakan bagian dari sistem pendidikan zaman kolonial Belanda di Indonesia. AMS setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) pada saat ini yakni pada jenjang sekolah lanjutan tingkat atas. AMS menggunakan pengantar bahasa Belanda dan pada tahun 1930-an, sekolah-sekolah AMS hanya ada di beberapa ibu kota provinsi Hindia Belanda yaitu Medan (Sumatera), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Indonesia Timur). Selain itu AMS ada di Yogyakarta (Kasultanan Yogyakarta), Surakarta (Kasunanan Surakarta) dan beberapa kota Karesidenan seperti di Malang. Selain itu ada beberapa AMS Swasta yang dipersamakan dengan Negeri Di provinsi Borneo (Kalimantan) belum ada AMS.

J. HOGERE BURGER SCHOOL
HBS (Hogere Burger School) yang merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama untuk warga negara pribumi dengan lama belajar 5 tahun, dan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya. Pendidikan HBS selama 5 tahun setelah HIS atau ELS adalah lebih pendek dari pada melalui jalur MULO (3 tahun) + AMS (3 tahun). Di sini dibutuhkan murid yang pandai, terutama bahasa Belanda. Bung Karno merupakan salah satu murid HBS di Surabaya sebelum beliau masuk THS ( sekarang ITB ) di Bandung. Pada waktu itu HBS hanya ada di kota Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta dan Medan, sedangkan AMS ada di kota Jakarta, Bandung, Medan, Yoyakarta dan Surabaya.

No comments:

Post a Comment

CERITA KISAH NYATA

“ TERUSLAH MELAKUKAN KEBAIKAN “ Ada seorang teman baikku menuturkan kisahnya. Dia bernama Rudi. Sore itu ia menemani ister...