JAM

Thursday 26 March 2015

Prilaku Kerja Keras Nabi Muhammad SAW dalam Bekerja dan Berdakwah



Perilaku kerja keras nabi muhamad SAW dalam bekerja dan berdakwah

“Muhammad adalah suatu jiwa yang bijaksana dan pengaruhnya dirasakan dan tak akan dilupakan oleh orang orang di sekitarnya.” (Diwan Chand Sharma, seorang sarjana beragama Hindu, dalam bukunya The Prophets of the East (Nabi-nabi dari Timur). Sejak diangkat menjadi nabi sekaligus sebagai Rasul yang di utus oleh Allah SWT, Nabi Muhammad SAW telah mendakwahkan pemikiran kepada warga kota Makkah. Beliau menanamkan kalimat tauhid Lâ ilâha illallâh kepada masyarakat kafir quraysi, agar masyarakat kala itu tidak lagi menyembah patung-patung berhala yang mereka buat sendiri kemudian mereka sembah. Rasulullah berusaha merubah mindset atau pola fikir mereka dengan kalimat tauhid tersebut. Rasulullah telah mengubah pandangan mereka tentang kehidupan, dari cara pandang yang dangkal menuju cara pandang yang mendalam lagi jernih yang merupakan cerminan dari akidah Islam. Pandangan mereka tidak sebatas dunia, melainkan justru menembus negeri akhirat. Rasulullah saw mengubah pemikiran masyarakat bahwa Allah Swt tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Begitu pula, pemikiran Islam yang ditanamkan Rasul tentang kehidupan setelah dunia telah mengubah persepsi tentang kebahagiaan pada diri umat, dari sekedar pemenuhan syahwat dengan segala kenikmatan dunia beralih kepada mencari ridha Allah Swt. Nampaklah kaum muslim binaan Nabi tidak takut akan kematian, dan berharap syahid di jalan Allah Swt. Nabi Muhammad adalah nabi petunjuk bagi umat muslim dalam menjalankan berbagai aktifitasnya, termasuk dalam berdakwah. Maka bagaimana dakwah nabi Muhammad pada masa kejayaan Islam, itulah yang harus diteladani, nabi tidak menggunakan dan pemaksaan dalam dakwahnya. Nampaknya inilah yang harus di update terus oleh kaumnya, hingga masa sekarang.
Aktivitas dakwah dalam memberikan arahan tentang shalat Jika Rasulullah melihat ada salah seorang sahabat melakukan kesalahan dalam shalatnya maka beliau akan langsung memberitahukan kesalahan tersebut dengan cara yang bijak dan lemah lembut.[10] Suatu ketika Rasulullah tidak sempat mengimami shalat jama’ah karena suatu urusan, waktu itu iqomah sudah dikumandangkan dengan secara terpaksa Abu Bakar ditunjuk jama’ah untuk menjadi imam shalat. Setelah beberapa saat berlangsung kemudian tibalah Rasulullah ke masjid untuk shalat, jama’ah yang sempat melihat Rasul spontan bereaksi, diantaranya mereka lakukan tepuk tangan untuk mengingatkan imam. Rasul pun menghampiri shaf terdepan sehingga Abu Bakar pun sempat menolehnya. Tapi Rasul memberikan isyarat agar shalat tetap dilanjutkannya, sehingga Abu Bakar pun melanjutkannya, tapi setelah memuji Allah Abu Bakar mundur dari posisi imamnya hingga Nabi maju ke depan dan memimpin shalat hingga selesai. Setelah shalat selesai Rasul bertanya kepada Abu Bakar, mengapa kau tidak melanjutkan shalat hingga selesai? Kata Abu Bakar: “apa pantas bagiku untuk shalat di depan Rasulullah?” kemudian Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “ mengapa kalian bertepuk tangan, isyarat tepuk tangan itu hanya untuk kaum wanita sedangkan bagi laki-laki hendaknya mengucapkan tasbih.” Suatu ketika Rasul masuk masjid untuk melakukan shalat, tiba-tiba seorang sahabatpun menyusul masuk masjid juga untuk melaksanakan shalat. Setelah selesai shalat si sahabat itu menjumpai Rasul seraya mengucapkan salam, setelah salamnya dijawab Rasul berkata: “ulangilah shalatmu karena dengan shalatmu seperti tadi, sama saja dengan belum melaksanakan shalat!”, orang itupun mengulangi shalatnya. Setelah selesai kembali ia menjumpai Nabi seraya mengucapkan salam. Persis sama peristiwanya dengan yang pertama, ia pun kembali disuruh mengulangi shalatnya, hal itu hingga tiga kali. Setelah itu Rasul menjelaskan, shalat itu hendaknya dilakukan dengan tuma’ninah, setelah berdiri lakukan takbiratul ihram, kemudian ruku’ yang tuma’ninah, berdiri tegak tuma’ninah, sujud tuma’ninah demikian pula duduk dengan tuma’ninah”. Berdasarkan riwayat ini cara dakwah Rasul dengan cara mengoreksi kekeliruan sahabatnya, seraya menyuruhnya untuk mengulang shalat hingga 3x, hal itu untuk memastikan kesalahan yang dilakukan sahabat apakah karena lupa atau memang belum mengetahuinya. Rasul pernah menegur ketika melihat ada orang begitu tergesa-gesa pergi ke masjid lantaran takut ketinggalan rakaat pertama. Kata Rasul, kalau diantara kamu melihat ada orang begitu tergesa-gesa karena tidak mau ketinggalan raka’at pertama, hendaklah segera diingatkan, sarankan agar ia berjalan lebih tenang. Kalau memang ternyata ketinggalan rakaat pertama, maka hendaklah menyempurnakannya. Rasulullah juga pernah menegur Muadz bin Jabal karena saat menjadi Imam ia membaca surat yang panjang sehingga menimbulkan keresahan pada jama’ahnya. Kata Rasul, hai Muadz apakah kamu ingin menjadi tukang fitnah, engkau memanjangkan bacaan surat dalam shalat padahal di belakangmu itu ada orang lanjut usia, anak-anak kecil dan orang sakit. Memang memanjangkan bacaan itu sunnah, tapi kalau karena hanya ingin mengejar sunnah kemudian mengganggu yang wajib bagi para jama’ahnya sama dengan anda telah melakukan fitnah. b) Cara Rasul mengajarkan etika berbusana Rasulullah melarang menggunakan pakaian yang kotor, sebab bisa mengganggu pandanngan mata atau baunya yang akan mengganggu orang lain. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata, Rasulullah datang mengunjungi rumah kami lantas beliau menyaksikan ada seorang laki-laki yang rambutnya acak-acakan, maka beliau bersabda, “ apa anda tidak mempunyai sesuatu yang bisa digunakan untuk merapikan rambut?”. Rasulullah juga melihat seorang laki-laki berpakaian kotor, maka beliau pun bersabda: “apa ia tidak mempunyai sesuatu yang bisa dipakai untuk mencuci pakaiannya”. c) Cara Rasul menegur laki-laki yang menyerupai wanita dan sebaliknya Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a Rasulullah telah melaknat kaum pria yang berperilaku seperti wanita atau sebaliknya. Bahkan beliau bersabda: keluarkan dia dari rumahmu! Rasulullah telah mengusir si Fulan yang kebanci-bancian. Orang-orang banci itu penyakit sosial, sebab mereka itu tidak bisa dikatakan pria sepenuhnya yang bisa dimanfaatkan oleh bangsa. Namun juga tidak bisa dikatakan wanita tulen sehingga memiliki kemampuan mendidik suatu generasi yang shaleh. Perilaku banci merupakan penyimpangan perilaku yang diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) Mungkin seorang ibu memasrahkan tugas keibuannya pada pembantu sehingga salah didik. 2) Mungkin anak laki-laki itu memiliki beberapa saudara perempuan, sehingga dia pun suka ikut-ikutan menjahit dan berlogat bahasa mereka. d) Cara Rasul menegur praktek dagang yang menipu Rasulullah tak segan-segan memukul orang yang melanggar syari’at serta menyita harta sebagai hukuman bagi pelanggar syari’at dalam transaksi perdagangan.

No comments:

Post a Comment

CERITA KISAH NYATA

“ TERUSLAH MELAKUKAN KEBAIKAN “ Ada seorang teman baikku menuturkan kisahnya. Dia bernama Rudi. Sore itu ia menemani ister...