MENGEVALUASI PENJAJAHAN PEMERINTAH HINDIA - BELANDA
Pada tahun 1795, terjadi
perubahan di Belanda. Muncullah kelompok yang menamakan dirinya Partai Patriot.
Partai ini terpengaruh oleh semboyan revolusi Perancis : Liberte (kemerdekaan),
Egalite (persamaan), dan Fraternite (persaudaraan). Partai
Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Perancis, berhasil merebut
kekuasaan. Sehingga di Belanda terbentuklah pemerintahan baru yang disebut
Republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Republik ini menjadi boneka
Perancis yang sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Sedangkan raja
Belanda, Willem V, melarikan diri dan membentuk pemerintah peralihan di
Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan Perancis sedang bermusuhan dengan
hebatnya.
Setelah VOC dibubarkan oleh
pemerintahan tersebut pada tahun 1800, maka tanah jajahan yang dulu dikuasai
VOC kemudian ditangani oleh suatu badan yang disebut “Aziatische Raad”.
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dipegang oleh Gubernur Jendral
Johannes Siberg (1801-1804) yang menggantikan Gubernur Jendral Overstraaten
sebagai Gubernur Jendral VOC yang terakhir.
Sementara itu dalam pengasingan,
Raja Willem V oleh pemerintahan inggris ditempatkan di Kota Kew. Raja Willem V
kemudian mengeluarkan perintah yang terkenal dengan “ Surat – Surat Kew”.
Isi perintah itu adalah agar para
penguasa di negeri jajahan Belanda menyerahkan wilayahnya kepada inggris bukan
kepada Perancis. Dengan “Surat – Surat Kew” itu pihak inggris bertindak cepat
dengan mengambil alih beberapa daerah Hindia seperti Padang pada tahun 1795,
kemudian menguasai Ambon dan Banda pada tahun 1796. Inggris juga memperkuat
armadanya untuk melakukan blokade terhadap Batavia.
MASA
PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS (1808 – 1811)
Louis Napoleon mengangkat Herman
Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral di Indonesia (1808 – 1811). Daendels
mulai menjalankan tugasnya pada tahun 1808 dengan tugas utama “Mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan Inggris”.
KEBIJAKAN
PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
a. Bidang
Birokrasi Pemerintahan
· Pusat pemerintahan (Weltevreden)
dipindahkan agak masuk ke pedalaman
· Dewan Hindia Belanda sebagai
dewan legislatif pendamping Gubernur Jendral dibubarkan dan diganti dengan
Dewan Penasehat
· Para bupati dijadikan pegawai
pemerintahan Belanda dan diberi pangkat sesuai dengan ketentuan kepegawaian
pemerintah Belanda.
b. Bidang Hukum dan
Peradilan
· Dalam bidang hukum Daendels
membentuk 3 jenis pengadilan, yaitu :
a.
Pengadilan untuk orang Eropa
b.
Pengadilan untuk orang Pribumi c. Pengadilan untuk orang Timur Asing
· Pemberantasan korupsi tanpa
pandang bulu termasuk terhadap bangsa Eropa. Akan tetapi ia sendiri malah
melakukan korupsi besar-besaran dalam kasus penjualan tanah kepada pihak swasta.
c. Bidang
Militer dan Pertahanan
· Membangun jalan antara Anyer –
Panarukan. Jalan ini penting sebagai lalu-lintas pertahanan maupun
perekonomian.
· Membangun pabrik senjata di
Gresik dan Semarang. Hal ini dilakukan Daendels sebab tidak lagi dapat
mengharapkan bantuan dari Eropa. Hubungan Belanda dan Indonesia sangat sukar
sebab ada blokade Inggris di lautan.
· Membangun pangkalan angkatan laut
di Ujung Kulon dan Surabaya.
d. Bidang
Ekonomi dan Keuangan
· Membentuk Dewan Pengawas Keuangan
Negara (Algemene Rekenkaer) dan dilakukan pemberantasan korupsi dengan keras.
· Pajak In Natura (Contingenten)
dan sistem penyerahan wajb (Verplichte Leverantie) yang diterapkan pada zaman
VOC tetap dilanjutkan, bahkan diperberat.
· Mengadakan Preanger Stelsel,
yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman
ekspor (kopi).
e. Bidang
Sosial
· Rakyat dipaksa untuk melakukan
kerja rodi untuk membangun jalan Anyer – Panarukan.
· Menghapus upacara penghormatan
kepada residen, sunan atau sultan.
Louis Bonaparte sebagai raja
Belanda, akhirnya menarik kembali Daendels dengan pertimbangan Daendels sudah
berbuat optimal di Indonesia. Apabila diteruskan lebih lama lagi, maka
dikhawatirkan akan memperburuk citra Belanda di Indonesia. Penarikan Daendels
ke Belanda disertai dengan pengangkatannya sebagai seorang Panglima Perang yang
kemudian dikerahkan ke medan Rusia.
MASA
PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA (Masa Interegnum) ATAU MASA PEMERINTAHAN JANSSEN
(1811 – 1816)
Ketika akhirnya Inggris menyerbu
Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya, Gubernur
Jendral Jansen, tidak mampu menahan serangan musuh, sehingga terpaksa menyerah.
Akhir dari penjajahan Belanda – Perancis ini ditandai dengan Kapitulasi
Tuntang, yang isinya sebagai berikut :
1) Seluruh Jawa dan sekitarnya
diserahkan kepada Inggris
2) Semua tentara Belanda menjadi
tawanan Inggris
3) Semua pegawai Belanda yang mau
bekerjasama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus.
4) Semua hutang Pemerintah Belanda
yang dulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang ini
ditandatangani pada tanggal 18 – 9 – 1811, oleh S. Auchmuty dari
pihak Inggris dan Janssens dari pihak Belanda.
Seminggu sebelum Kapitulasi
Tuntang, 11 – 9 – 1811, raja muda (Viceroy) Lord Minto yang
berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil
Gubernur (Lieutenant Governor) di Jawa. Akan tetapi dalam pelaksanaannya
Raffles berkuasa penuh di Indonesia.
KEBIJAKAN
PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES
a. Bidang Birokrasi
Pemerintahan
1) Langkah-langkah
Raffles pada bidang pemerintahan sebagai berikut :
2) Pulau
Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan.
3) Sistem
pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
4) Bupati-bupati
atau penguasa-penguasa pribumi dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang
langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusat.
b. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1) Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten)
dan sistem penyerahan wajib (verplichte Leverantie) yang sudah diterapkan sejak
zaman VOC. Kedua peraturan tersebut dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi
daya beli rakyat.
2) Menetapkan Sistem Sewa Tanah
(Landrent).
3) Mengadakan monopoli garam dan
minuman keras.
c. Bidang Sosial
1) Penghapusan kerja rodi (kerja
paksa)
2) Penghapusan perbudakan.
3) Peniadaan Pynbank (disakiti)
yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan Harimau.
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Raffles di
Indonesia memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi Ilmu Pengetahuan,
seperti :
1) Ditulisnya buku berjudul History
of Java.
2) Ditemukannya bunga Rafflesia
Arnoldi
3) Dirintisnya Kebun Raya Bogor
BERAKHIRNYA
KEKUASAAN THOMAS STAMFORD RAFLLES
Berakhirnya pemerintahan Raffles
di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of London, 1814. Perjanjian
tersebut ditandatangani di London oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang
isinya sebagai berikut:
· Indonesia dikembalikan kepada
Belanda
· Jajahan Belanda seperti Sailan,
Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris
· Cochin (di pantai Malabar)
diambil alih oleh Inggris dan Bangka diserahkan kepada Belanda sebagai
gantinya.
MASA
PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (Nederlandsch Indie) (1816 – 1942)
· Pemerintahan
Komisaris Jendral
Setelah
berakhirnya kekuasaan Inggris, yang berkuasa di Indonesia adalah Pemerintahan
Hindia Belanda. Pada mulanya pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif
yang terdiri dari tiga orang, yaitu : Flout, Buyskess dan Van Der
Capellen. Mereka berpangkat komisaris Jendral. Masa peralihan ini hanya
berlangsung dari tahun 1816 – 1819. Pada tahun 1819, kepala pemerintahan
mulai dipegang oleh seorang Gubernur Jendral Van Der Capellen (1816-1824).
Dengan
berdirinya Singapura maka timbullah perselisihan mengena batas-batas wilayah
kekuasaan pendudukan Inggris dan Belanda. Masalah ini kemudian diselesaikan lewat
Treaty of London, 1824, yang isinya sebagai berikut :
· Kedua
negeri (Belanda dan Inggris) berhak untuk saling memasuki wilayah jajahan
masing-masing.
· Belanda
menarik diri dari jajahannya di Asia Daratan (Benggala, Gujarat, Malaka dan
Singapura).
· Inggris
menarik diri dari nusantara dan menyerahkan Bengkulu, Bangka dan Belitung.
· Kemerdekaan
Aceh dihormati oleh kedua belah pihak, karena Aceh dijadikan Bufferstaat yaitu
daerah pemisah antara Kekuasaan Belanda di Indonesia dan Inggris di Singapura
dan Malaka.
· Inggris
dan Belanda bertanggung jawab atas keamanan di selat Malaka.
Pada
kurun waktu 1816-1830, pertentangan antara kaum liberal dan kaum konservatif
terus berlangsung. Sementara itu kondisi di negeri Belanda dan di Indonesia
semakin memburuk. Oleh karena itulah usulan Van Den Bosch untuk melaksanakan
Cultuur Stelsel (tanam paksa) diterima dengan baik, karena dianggap dapat
memberikan keuntungan yang besar bagi negeri induk.
PENERAPAN
SISTEM TANAM PAKSA (CULTUUR STELSEL) PADA TAHUN (1830 – 1870)
a. Latar Belakang Sistem
Tanam Paksa
· Di Eropa Belanda terlibat dalam
peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon, sehingga menghabiskan biaya
yang besar.
· Terjadinya Perang kemerdekaan
Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda pada tahun 1830.
· Terjadi Perang Diponegoro
(1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal bagi Belanda.
Perang Diponegoro menghabiskan biaya kurang lebih 20.000.000 Gulden.
· Kas negara Belanda kosong dan
hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
· Pemasukan uang dari penanaman
kopi tidak banyak.
· Kegagalan usaha mempraktekkan gagasan liberal
(1816-1830) dalam mengeksploitasi tanah jajahan untuk memberikan keuntungan
besar terhadap negeri induk.
b. Aturan-aturan Tanam Paksa
Ketentuan-ketentuan pokok Sistem
Tanam Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara) tahun 1834, no. 22,
beberapa tahun setelah Tanam Paksa dijalankan di Pulau Jawa. Bunyi dari
ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Persetujuan-persetujuan
akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian dari tanahnya
untuk penanaman tanaman ekspor yang dapat dijual dipasaran Eropa.
2. Tanah
pertanian yang disediakan penduduk, tidak boleh melebihi seperlima dari tanah
pertanian yang dimiliki penduduk desa.
3. Pekerjaan
yang diperlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan
untuk menanam tanaman padi.
4. Tanah yang
disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
5. Hasil dari
tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda; Jika harganya
ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayar rakyat, maka kelebihan itu
diberikan kepada penduduk.
6. Kegagalan
panen yang bukan karena kesalahan petani, akan menjadi tanggungan pemerintah
7. Bagi yang
tidak memiliki tanah, akan dipekerjakan pada perkebunan atau pabrik-pabrik
milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
8. Pelaksanaan
Tanam Paksa diserahkan kepada pemimpin-pemimpin pribumi. Pegawai-pegawai Eropa
bertindak sebagai pengawas secara umum.
Pelaksanaan
Tanam Paksa
Menurut Van De Bosch, Pelaksanaan
sistem Tanah Paksa harus menggunakan organisasi desa. Oleh karena itu,
diperlukan faktor penggerak, yakni lembaga organisasi dan tradisi desa yang
dipimpin oleh kepala desa. Berkaitan dengan itu pengerhana tenaga kerja melalui
kegiatan seperti sambatan, gotong – royong maupun gugur gunung, merupakan usaha
yang tepat untuk dilaksanakan. Dalam hal ini peran kepala desa sangat sentral.
Kepala desa di samping sebagai penggerak para petani, juga sebagai penghubung
dengan atasan dan pejabat pemerintah. Oleh karena posisi yang begitu penting
itu maka kepala desa tetap berada dibawah pengaruh dan pengawasan para pamong
praja.
AKIBAT – AKIBAT TANAM PAKSA
Bagi
Belanda :
1.
Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di
pasaran Eropa
2.
Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembang kempis, pada masa Tanam Paksa
mendapat keuntungan besar
3.
Pabrik-pabrik gula yang semula diusahakan oleh kaum swasta Cina, kemudian juga
dikembangkan oleh pengusaha Belanda karena keuntungannya besar.
4.
Belanda mendapatkan keuntungan (batiq slot) yang besar.
Bagi Indonesia :
Dampak negatif :
1.
Kemiskinan dan
penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan
2.
Beban pajak yang berat
3.
Pertanian utamanya padi banyak mengalami kegagalan panen
4.
Kelaparan dan kematian terjadi dimana-mana.
5.
Jumlah penduduk Indonesia menurun.
Dampak positif :
1.
Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru
2.
Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi ekspor.
Karena
reaksi-reaksi tersebut, secara berangsur-angsur pemerintah Belanda mulai
mengurangi pemerasan lewat Tanam Paksa dan menggantikannya dengan sistem
politik ekonomi liberal kolonial. Tonggak berakhirnya Tanam Paksa adalah dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Agraria (Agrarische Wet), 1870.
SISTEM USAHA SWASTA
Pelaksanaan tanam paksa memang
telah berhasil memperbaiki perekonomian Belanda. Kemakmuran juga semakin
meningkat. Bahkan keuntungan dari Tanam Paksa telah mendorong Belanda
berkembang sebagai negara industri. Mulai mucul perdebatan tentang pelaksanaan
Tanam Paksa. Masyarakat Belanda mulai mempertimbangkan baik buruk dan untung
ruginya tanam paksa. Timbullah pro dan kontra mengenai pelaksanaan Tanam Paksa.
Pemegang saham NHM (Nederlandsche
Handle Matschappij) mendukung pelaksanaan Tanam Paksa dari Hindia ke Eropa.
Sementara pihak yang menentang
pelaksanaan Tanam Paksa adalah masyarakat yang merasa kasihan terhadap
penderitaan rakyat pribumi.
Nederlansche Handle Matschappij : Perusahaan dagang yang
didirikan oleh Raja William I di Den Haag pada 9 Maret 1824 sebagai promosi
antara lain bidang perdagangan dan perusahaan pengiriman dan memegang peran
penting dalam mengembangkan perdagangan Indonesia – Belanda.
PERKEMBANGAN
AGAMA KRISTEN
Perkembangan agama Kristen di
Indonesia secara garis besar dapat di kelompokkan menjadi dua, yakni Kristen
Katolik dan Kristen Protestan. Seperti halnya agama Hindu, Buddha dan Islam,
penyebaran agama Kristen juga melalui aktivitas pelayaran dan perdagangan yang
waktu itu sudah menjangkau ke seluruh wilayah Kepulauan Indonesia. Proses
masuknya agama Kristen ke Indonesia ini dapat dikatakan dalam dua gelombang.
Pertama, dikatakan bahwa agama
Kristen masuk di Indonesia sudah sejak zaman Kuno. Menurut Cosmas
Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, di ceritakan
bahwa pada abad ke-6 sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di pantai
Mlabar, dan Sri Lanka. Pada tahun 650 Agama Kristen sudah mulai berkembang di
Kedah(Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad ke-9 Kedah berkembang pesat
menjadi pelabuhan dagang dijalur pelayaran yang menghubungkan India –
Aceh-Barus-Nias- melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan terus ke China. Jalur inilah
yang disebut sebagai jalur penyebaran agama Kristen dari India ke
Nusantara.
Periode berikutnya penyebaran
agama Kristen menjadi lebih intensif seiring dengan datangnya bangsa-bangsa
Barat ke Indonesiapada abad ke-16. Orang – orang Portugis menyebarkan agama
Kristen Katolik(selanjutnya disebut Katolik). Orang-orang belanda membawa agama
Kristen Protestan(selanjutnya disebut Protestan). Pada abad ke-16 telah terjadi
penjelajahan samuderauntuk menemukan dunia baru. Oleh karena itu, periode ini
sering disebut The Age Of Discovery. Kegiatan itu dipelopori oleh
orang-orang portugiscdan spanyol dengan semboyan: Gold, Glory, Gospel.
Agama Katolik dan Kristen
berkembang di daerah-daerah Papua, wilayah Timur kepulauan Indonesia pada
umumnya, Sulawesi Utara dan tanah Batak di Sumatera. Singkatnya agama Katolik
dan Kristen dapat berkembang di berbagai tempat di Indonesia , termasuk di
Batavia dan Jawa pada umunya bahkan di Jawa ada sebutan Kristen Jawa.
No comments:
Post a Comment